Senin, 22 Juni 2009

it's my life

hidupku adalah pencarian sesuatu yang pernah kumiliki namun kini hilang,

hidupku adalah berdiri di persimpangan, di mana setiap jalan yang tersedia terlihat sebagai sebuah ketidakpastian untuk sampai di tempat tujuan,

hidupku adalah sebuah pendakian, yang selalu kutemui jalan-jalan terjal berbatu berliku dengan jurang-jurang menganga teramat dalam di kanan-kiriku, dan mesti kuberanikan diri untuk dapat menggapai puncak,

hidupku ada dalam penjara yang mengekang, dan aku tengah menunggu saat-saat bahagia di mana kebebasan akan datang, segala kewajiban akan sirna, dan aku hidup penuh kedamaian dan kebebasan tanpa ada lagi aturan ini-itu,

hidupku adalah sebuah persaingan tanpa henti, di mana aku dan manusia-manusia lain saling berebut mengisi dunia dengan karya masing-masing dan meminta imbalan dari dunia untuk karya-karya itu,

hidupku adalah sebaran titik-titik, di mana setiap titik punya koordinatnya sendiri-sendiri, namun semua memiliki keterkaitan dalam selembar bidang, dan akan menjadi sebuah bentuk yang indah bila satu sama lain dirangkaikan dengan tepat,

hidupku merupakan sebuah medium tempat hal-hal yang berlawanan datang silih berganti dengan saling meniadakan satu sama lain: kecerdikan dan kepandiran, dukalara dan sukacita, semangat dan kemalasan, ambisi dan kepasrahan, terang dan kegelapan, serta semua hal yang tak bisa kusebut satu persatu namun nyata adanya,

hidupku kadang sebuah khayalan-khayalan yang menerawang jauh ke depan, hingga membuatku bagai orang gila: membayangkan gunung tak berpuncak, laut tanpa pantai, sungai yang tak bermuara, dan jalan-jalan yang tak memiliki ujung dan persimpangan,


hidupku sekali waktu seperti burung-burung yang terbang bebas ke sana-kemari, berkelana dalam birunya langit dan bermandikan angin-angin yang bertiup menerpa tubuhnya, menghirup udara biru sepuas-puasnya, namun kadang pula kurasakan hidup yang bagai ular-ular melata, bergerak dari satu kegelapan lorong menuju lorong-lorong lain yang tak kalah gelapnya, dan membuat hidupku sesak oleh pekatnya bau tanah (tapi aku sendiri berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah),


di satu waktu hidupku selalu mengekor adat kebiasaan nenek moyang, tanpa sedikit pun berpikir untuk membantah, seperti sepucuk daun terapung di atas air sungai yang mengalir deras,

di lain waktu aku hidup dengan melawan budaya-budaya dan dogma kuno para leluhur yang bagaikan lorong-lorong gelap dan pengap, meskipun banyak orang akhirnya menuduhku sebagai pembangkang pembawa sial,


masa-masa dalam hidupku lebih banyak kuhabiskan untuk merubah-rubah warna dalam satu lukisan kehidupan, bukan untuk mencari kanvas mana lagi yang mesti kulukisi dengan gambar obyek baru,


hidupku kadang menoleh ke belakang, melihat apa-apa yang telah berlalu sebagai bahan-bahan yang akan kugunakan untuk mereka-reka sebuah ketidakpastian di depanku yang sama sekali tak terjangkau nalar dan inderawiku,

hidupku kadang bagai beban berat yang menindihku kuat-kuat, menerobos kulit bumi hingga aku terjebak dalam ruang pengap dan gelap tak berjendela,

tapi kadang juga hidupku bagai balon udara yang menyeretku terbang melayang menikmati kebebasan bernapas dan membuatku gembira pada pemandangan di bawahku namun dengan diikuti perasaan getir takut jatuh,


hiduku adalah ketakutan pada hantu-hantu putus asa dan kemalasan yang selalu bergentayangan di hadapan wajahku, dan hidupku juga harapan pada setitik api yang dapat membakar gairah kehidupanku dengan menghanguskan terlebih dahulu hantu-hantu gentayangan itu,


hidupku? terlampau rumit untuk dapat kuuraikan satu persatu tanpa aku mengalami kebingungan sendiri...

mlg, mei 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar